Bencana seperti banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan tsunami, merupakan bentuk dampak kerentanan alam yang mengancam manusia dan sering menimbulkan kerugian materiil. Sekali lagi, Indonesia, betapa pun diuntungkan dengan letaknya yang tepat di khatulistiwa, ternyata menyimpan potensi bencana yang tidak karuan.
Statistik gempa bumi pada Mei yang tercatat di Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), telah terjadi 415 kali untuk skala kurang dari 5,37 kali untuk skala 5 s/d 5,9, 5 kali untuk skala 6,0 s/d 6,9. Daerah Indonesia Tengah, sebagian mengalami banjir.
Puting beliung terjadi di Aceh dan beberapa daerah, yang diperkirakan akan sering muncul memasuki musim hujan Oktober-November. Kebakaran hutan di Pekanbaru mulai marak, terlepas disebabkan manusia ataupun kekeringan.
Sir Nicholas Stern menunjukkan bahwa ekonomi penduduk dunia saat ini sangat terkait erat dengan bencana alam yang diakibatkan perubahan iklim global. Kekeringan dan banjir menyebabkan kelaparan, penyebaran penyakit, dan mandeknya distribusi logistik. Penurunan pendapatan per kapita penduduk sekitar 1% per tahun dan memangkas 20% pertumbuhan ekonomi. Dapat diakui pula bahwa apapun kebijakan ekonomi suatu negara, tidak akan bisa melawan dampak negatif perubahan iklim global. Oleh karenanya, perlu tindakan pencegahan sedini mungkin.
Kerugian atau korban, baik manusia, materiil, ataupun fisik yang diakibatkan dampak bencana bisa dikurangi, antara lain dengan meningkatkan pemahaman terhadap karakteristik penyebab terjadinya bencana, membangun sistem peringatan dini, dan melakukan diseminasi cara-cara pencegahan dan penyelamatan.
Statistik gempa bumi pada Mei yang tercatat di Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), telah terjadi 415 kali untuk skala kurang dari 5,37 kali untuk skala 5 s/d 5,9, 5 kali untuk skala 6,0 s/d 6,9. Daerah Indonesia Tengah, sebagian mengalami banjir.
Puting beliung terjadi di Aceh dan beberapa daerah, yang diperkirakan akan sering muncul memasuki musim hujan Oktober-November. Kebakaran hutan di Pekanbaru mulai marak, terlepas disebabkan manusia ataupun kekeringan.
Sir Nicholas Stern menunjukkan bahwa ekonomi penduduk dunia saat ini sangat terkait erat dengan bencana alam yang diakibatkan perubahan iklim global. Kekeringan dan banjir menyebabkan kelaparan, penyebaran penyakit, dan mandeknya distribusi logistik. Penurunan pendapatan per kapita penduduk sekitar 1% per tahun dan memangkas 20% pertumbuhan ekonomi. Dapat diakui pula bahwa apapun kebijakan ekonomi suatu negara, tidak akan bisa melawan dampak negatif perubahan iklim global. Oleh karenanya, perlu tindakan pencegahan sedini mungkin.
Kerugian atau korban, baik manusia, materiil, ataupun fisik yang diakibatkan dampak bencana bisa dikurangi, antara lain dengan meningkatkan pemahaman terhadap karakteristik penyebab terjadinya bencana, membangun sistem peringatan dini, dan melakukan diseminasi cara-cara pencegahan dan penyelamatan.