Negara-negara di kawasan
Samudra Hindia kembali menguji coba sistem peringatan dini tsunami, Rabu (7/9),
dengan skenario gempa berkekuatan 9,2 di zona Megathrust Kepulauan Mentawai.
Simulasi
yang dinamakan Indian Ocean Wave Tsunami Exercise 2016 (IOWAVE16) merupakan
agenda dua tahunan dari negara-negara berpotensi terdampak tsunami di Samudra
Hindia sebagai respon atas banyaknya korban jiwa saat tsunami Aceh 26 Desember
2004.
“BMKG hari
ini menggelar Indian Ocean Wave Exercise (IOWAVE16), yang merupakan program
gladi berkala dua tahunan ICG/IOTWS – Sistem Peringatan Dini dan Mitigasi
Tsunami untuk negara-negara di Samudera Hindia. Gladi berkala ini telah
dilakukan sejak 2009. Gladi pada tahun 2016 ini sekaligus menjadi salah satu
bentuk sumbangsih Indonesia dalam menyambut Hari Kesiapsiagaan Tsunami Dunia
(World Tsunami Awareness Day),” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya dalam pres rilisnya pagi ini di Jakarta.
Pada
kegiatan IOWAVE16 ini, BMKG sebagai penyedia peringatan dini tsunami (Tsunami
Service Provider) akan mendiseminasikan peringatan dini tsunami ke National
Tsunami Warning Center (NTWC) di 24 negara Samudera Hindia, untuk diteruskan kepada
badan-badan penanggulangan bencana / Disaster Management Offices (DMO).
IOWAVE16
Indonesia yang digelar bersama BNPB pagi ini, dengan bantuan teknis dari UNESCO
Jakarta dan dukungan komunikasi strategis dari UN ESCAP serta didukung oleh
pemerintah Jepang. Gelar ini akan menjadi masukan berharga bagi proposal
perbaikan Tsunami Masterplan Indonesia yaitu penyusunan agenda Indonesia dalam
perbaikan sistem penanggulanan bencana Tsunami di kawasan Samudera Hindia, baik
melalui Konferensi Tingkat Menteri tentang Penanggulangan Bencana di New Delhi,
Konferensi Internasional tentang Tsunami Ready dengan UNESCO, ataupun wahana
regional UNESCAP.
Deputi
Bidang Geofisika BMKG Masturyono mengatakan, peran Indonesia sebagai salah satu
Tsunami Service Providers (TSPs), atau penyedia informasi Tsunami di Samudera
Hindia bersama Australia dan India, akan semakin penting dengan ditetapkannya
BMKG menjadi tuan rumah dari Indian Ocean Tsunami Information Centre (IOTIC)
yang dibentuk sebagai pusat informasi Tsunami, kesiapsiagaan, pendidikan dan
penguatan kapasitas di kawasan Samudera Hindia oleh IOC/UNESCO.
Pada
tingkat nasional, BMKG dalam perannya sebagai NTWC, akan menyebarkan peringatan
dini tsunami kepada para pemangku kepentingan untuk diteruskan kepada
masyarakat. Hal ini bertujuan untuk memvalidasi rantai informasi gempabumi dan
peringatan dini tsunami mulai dari diseminasi, pemahaman produk dan moda
komunikasi, serta melatih kesiapsiagaan daerah dan masyarakat, dalam
mengantisipasi Tsunami dan menguji prosedur tetap melalui Tabletop Exercise dan
Tsunami Drill”, tambahnya.
Menurut
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Mochammad Riyadi, IOWAVE16 merupakan
simulasi ke-4 yang pernah diikuti Indonesia. Gladi IOWAVE16 dilakukan
berdasarkan skenario gempabumi berkekuatan 9,2 di barat daya Sumatera yang
terjadi pada pukul 10.00 WIB, 7 September 2016. IOWAVE16 digelar melibatkan
lebih dari 3.000 orang dari berbagai unsur masyarakat, di Padang, Pangandaran,
Pandeglang dan Pacitan. Dengan sekenario kekuatan gempa sebesar itu dianggap
paling mungkin berdampak besar bagi Indonesia dan negara-negara yang berhadapan
dengan Samudera Hindia.
Kepala
Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, dengan melakukan
pemodelan, kita mengetahui wilayah-wilayah Indonesia yang akan terdampak
tsunami seperti pantai barat Sumatera, selatan Jawa, Bali, NTB dan NTT. Hasil
pemodelan menunjukkan bahwa hampir seluruh pantai negara di Samudera Hindia
terdampak tsunami meskipun dengan ketinggian bervariasi. Sejumlah wilayah yang
berpotensi terdampak tsunami merusak adalah sepanjang pantai barat Sumatera,
Sri Lanka, India bagian selatan, Maladewa, dan Madagaskar bagian tenggara.
Hingga
kini, salah satu wilayah yang dikhawatirkan akan terjadi gempa besar adalah
Kepulaun Mentawai di Sumatera Barat. Pelatihan rutin IOWAVE sangat penting dan
harus terus dilakukan, mengingat kejadian tsunami besar dan merusak relatif
jarang, tetapi jika terjadi potensi korban jiwa yang ditimbulkan bisa sangat
besar.***