INILAHCOM, Jakarta - Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengirim enam orang peneliti ke Antartika dan
Puncak Jaya Papua. Tujunannya untuk memahami kondisi iklim dan cuaca Indonesia.
Kepala BMKG, Andi Eka Sakya mengatakan
Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia, dengan lebih dari 70%
wilayahnya merupakan wilayah lautan, iklimnya sangat dipengaruhi oleh sirkulasi
monsoon panas Autralia yang terjadi pada April hingga September dan sirkulasi
monsoon dingin Asia yang terjadi pada Oktober hingga Maret.
Hal ini menyebabkan pemahaman terhadap
kondisi laut menjadi sangat penting mengingat Indonesia dipengaruhi oleh
Samudera Pasifik dan Hindia.
"Guna memahami pengaruh laut
terhadap kondisi iklim dan cuaca Indonesia, maka dilakukan penelitian,"
katanya di Jakarta, Rabu (14/10/2015).
Ia mengatakan, dua peneliti yakni Wido
Hanggoro dan Kadarsah hari ini berangkat melakukan pelayaran menggunakan kapal
riset ke Stasiun Meteorologi Davis di Kutub Selatan bersama tim ekspedisi
Bureau of Meteorology (BoM) Australian Antarctic Division (AAD).
"Tim ini akan mengumpulkan dan
analisa data kondisi laut menggunakan berbagai alat dan data observasi.
Simulasi model meteorologi resolusi tinggi dan pengamatan udara atas
menggunakan Light Detection and Ranging (LIDAR) yang difokuskan di Stasiun
Meteorologi Davies," ujarnya.
Kemudian, untuk empat peneliti lain
yakni Dyah Lukita Sari, Ferdika A Harapak, Najib Habibie, dan Donny Kristianto
berangkat ke Puncak Jaya Papua untuk melakukan ekspedisi penelitian guna
memahami dampak pemanasan global di wilayah khatulistiwa.
"Penelitian ini merupakan
kerjasama BMKG dengan Ohio University, Colombia University danFreeport, yang
dilakukan untuk ketiga kalinya sejak tahun 2010," kata dia.
Ia menjelaskan, ekspedisi penelitian
ini merupakan program penelitian dan sekaligus menjadi batu-tapak kontribusi
Indonesia terhadap pemahaman dinamika iklim secara global. Posisi strategis
geografi Indonesia menjadi kunci pemahaman dinamika iklim dan perubahannya.
"Nanti hasil penelitian itu akan
menjadi sumbangan yang sangat berharga secara global dan merupakan batu-tapak
pemahaman hubungan telekoneksi iklim antara wilayah tropis dengan
antartika," jelas dia. [ind]
Oleh : Ahmad Farhan
Faris | Rabu, 14 Oktober 2015 | 17:45 WIB
0 comments:
Post a Comment