Tuesday, October 20, 2015

BMKG Kirim Peneliti ke Antartika dan Puncak Jaya





INILAHCOM, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengirim enam orang peneliti ke Antartika dan Puncak Jaya Papua. Tujunannya untuk memahami kondisi iklim dan cuaca Indonesia.

Kepala BMKG, Andi Eka Sakya mengatakan Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia, dengan lebih dari 70% wilayahnya merupakan wilayah lautan, iklimnya sangat dipengaruhi oleh sirkulasi monsoon panas Autralia yang terjadi pada April hingga September dan sirkulasi monsoon dingin Asia yang terjadi pada Oktober hingga Maret.

Hal ini menyebabkan pemahaman terhadap kondisi laut menjadi sangat penting mengingat Indonesia dipengaruhi oleh Samudera Pasifik dan Hindia.

"Guna memahami pengaruh laut terhadap kondisi iklim dan cuaca Indonesia, maka dilakukan penelitian," katanya di Jakarta, Rabu (14/10/2015).

Ia mengatakan, dua peneliti yakni Wido Hanggoro dan Kadarsah hari ini berangkat melakukan pelayaran menggunakan kapal riset ke Stasiun Meteorologi Davis di Kutub Selatan bersama tim ekspedisi Bureau of Meteorology (BoM) Australian Antarctic Division (AAD).

"Tim ini akan mengumpulkan dan analisa data kondisi laut menggunakan berbagai alat dan data observasi. Simulasi model meteorologi resolusi tinggi dan pengamatan udara atas menggunakan Light Detection and Ranging (LIDAR) yang difokuskan di Stasiun Meteorologi Davies," ujarnya.

Kemudian, untuk empat peneliti lain yakni Dyah Lukita Sari, Ferdika A Harapak, Najib Habibie, dan Donny Kristianto berangkat ke Puncak Jaya Papua untuk melakukan ekspedisi penelitian guna memahami dampak pemanasan global di wilayah khatulistiwa.

"Penelitian ini merupakan kerjasama BMKG dengan Ohio University, Colombia University danFreeport, yang dilakukan untuk ketiga kalinya sejak tahun 2010," kata dia.

Ia menjelaskan, ekspedisi penelitian ini merupakan program penelitian dan sekaligus menjadi batu-tapak kontribusi Indonesia terhadap pemahaman dinamika iklim secara global. Posisi strategis geografi Indonesia menjadi kunci pemahaman dinamika iklim dan perubahannya.

"Nanti hasil penelitian itu akan menjadi sumbangan yang sangat berharga secara global dan merupakan batu-tapak pemahaman hubungan telekoneksi iklim antara wilayah tropis dengan antartika," jelas dia. [ind]

Oleh : Ahmad Farhan Faris | Rabu, 14 Oktober 2015 | 17:45 WIB
 

0 comments: