Rimanews - Peneliti asal Korea
Selatan, Hak Soo Kim, mengatakan fasilitas deteksi bencana milik Indonesia yang
dioperasikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memiliki
kekhasan untuk Indonesia sehingga perlu dikembangkan sesuai dengan bentang
alamnya.
"Fasilitas
milik Indonesia ini memiliki spesifikasi yang sesuai dengan karakteristik alam
Indonesia. Dengan begitu, kecanggihannya tidak bisa dibandingkan dengan milik
Korea, bahkan dengan negara manapun," kata Kim yang juga co-Chair of
International Organizing Committee/Fellow of Korean Academy of Science and
Technology saat berkunjung ke Kantor BMKG, Jakarta, Rabu (09/12/2015).
Ia
mengatakan bahwa Korsel pernah memakai teknologi deteksi bencana, cuaca, dan
iklim buatan Jepang. Akan tetapi, tidak dapat digunakan dengan optimal di
Korsel. Teknologi impor itu akhirnya harus dimodifikasi sesuai dengan
karakteristik alam Korea.
Menurut
dia, Indonesia merupakan negara yang sangat luas, tetapi memiliki fasilitas
deteksi cuaca, iklim, dan bencana yang memuaskan. Untuk itu, hal ini perlu
dipertahankan guna kemaslahatan masyarakat, terutama informasi tentang
kebencanaan.
Sementara
itu, Kepala BMKG Andi Eka Sakya mengatakan bahwa tingkat akurasi prakiraan
cuaca dan iklim oleh lembaganya ada di level 75--80 persen dan sudah relatif
cukup bagus.
Alasannya,
kata dia, Indonesia memiliki beragam bentang alam di sekitar khatulistiwa yang
terdiri atas lautan dan daratan.
Akurasi
prakiraan oleh BMKG sebesar 75--80 persen ini sesuai dengan standar World
Meteorological Organisation (WMO). Sementara itu, untuk menjadikan tingkat
akurasi menjadi 90 persen terbilang sulit.
"Kami
memiliki 35 radar di seluruh Indonesia. Kami juga dibantu satelit dari Jepang,
NASA, Tiongkok, dan Korea. Dengan begitu, ada 179 stasiun dan ribuan pengukur
hujan. Semakin rapat ketelitiannya, semakin bagus," papar dia.
Indonesia,
kata Andi, memiliki karakter iklim dan cuaca yang cenderung berbeda dengan
negara-negara lain, termasuk negara-negara maju.
Ia
mencontohkan Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Kanada, dan Finlandia
merupakan negara yang terbilang maju. Kendati demikian, kondisi iklim dan cuaca
di negara-negara tersebut memiliki perbedaan yang mencolok dengan Indonesia.
"Indonesia
berbeda dengan negara lain, misalnya, dibanding Singapura. Interaksi lautan di
atmosfer kita lebih kompleks dibanding negara daratan, termasuk Kanada, Amerika
Serikat, atau Finlandia, yang cenderung dekat dengan sangat utara (jauh dari
khatulistiwa)," katanya.
Sumber : http://nasional.rimanews.com/peristiwa/read/20151209/249742/Peneliti-Korea-Akui-Kecanggihan-Fasilitas-BMKG-Milik-Indonesia | Editor : Akhmad Kholil | Sumber : Antara | 09 Desember 2015, 23:45.
0 comments:
Post a Comment