Wednesday, April 6, 2016

Bangga Bisa Nonton GMT Bareng Pak JK



“Karena saya mempunyai teman yang lahir di kota ini. Katanya, Sulawesi dan apalagi Sulawesi Tengah sangat indah. Saya sudah beberapa kali ke Indonesia, menikmati Bali, Pulau Komodo, dan keramaian di Jawa, tapi belum sempat datang ke Palu. Jadi, inilah saat yang tepat, mengagumi keindahan Kota Palu saat gerhana Matahari,” ujar Andre Kuipers. 
Tidak hanya Pak JK, para jurnalis yang turut dalam kegiatan pengamatan GMT di lapangan Kotapulu, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pada 9 Maret lalu, juga antusias ingin tahu bagaimana kesan Andre melihat Bulan dari Bumi dibanding ketika mengunjungi langsung. Astronot asal Belanda ini telah dua kali mengikuti ekspedisi ke Bulan. Pertama, tahun 2004 selama hanya 11 hari. Kemudian, tahun 2012 selama 193 hari. 
“Ternyata, Bulan dari sini terlihat sama dengan Bulan yang pernah saya datangi. Menyaksikan Bulan saat gerhana Matahari total, sama fantastisnya dengan pengalaman bisa mengunjunginya langsung,” katanya.
Seperti penjelajah luar angkasa umumnya, menurut Andre, saat mengikuti ekspedisi ke Bulan, bersama tim di European Space Agency (ESA), ia pun sangat penasaran, seperti apa sesungguhnya kondisi di sana. “Luar biasa. Itulah sebabnya, saya dan tim begitu gembira saat tahu kami akan bisa melihat fenomena langka, Bulan menutup seluruh cahaya Matahari yang menyinari Bumi. Sangat istimewa, karena momen itu sekaligus menjadi kesempatan untuk membuktikan keindahan Palu, seperti cerita teman saya itu,” ujar Andre. 
Makin Terkenal di Dunia 
Selain Pak JK, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya juga mengaku bangga bisa menyaksikan momen GMT bersama ratusan wisatawan mancanegara (Wisman), termasuk para peneliti, di lapangan Kotapulu. Lokasi ini merupakan salah satu titik yang ditetapkan BMKG untuk pengamatan GMT 9 Maret 2016. Tak hanya mengabadikan proses gerhana, di Palu, BMKG juga mengamati pengaruh gravitasi dan dampak lain, yang dibandingkan saat terjadi gerhana total dengan kondisi sehari-hari. Menurut Andi, hasil pengamatan tersebut baru bisa diketahui hasilnya sekitar dua sampai tiga bulan lagi.

"Sama seperti peneliti di Indonesia. saya rasa ilmuwan berbagai negara yang khusus datang untuk melihat gerhana Matahari di Indonesia, juga ingin mendapatkan "sesuatu" dari fenomena langka ini. Selamat, karena dari momen GMT, Indonesia jadi sangat terkenal di dunia," kata Andre, dengan acung jempol.

Bersama rombongan peneliti dan para turis yang datang ke Indonesia dengan tujuan wisata gerhana, Andre tiba di Denpasar, Bali dua hari sebelum GMT. "Luar biasa, Bandar Ngurah Rai terlihat sangat ramai oleh turis asing. Melebihi musim liburan, saya rasa. Semua orang di berbagai negara, termasuk saya, ingin datang ke Indonesia untuk melihat gerhana Matahari yang istimewa ini karena hanya melintasi daratan di wilayah Indonesia. Saya amat beruntung ada di sini, terlebih lagi bisa bersama-sama Wapres Jusuf Kalla dan Anda semua para jurnalis hebat, untuk menonton gerhana Matahari total. Saya tidak membayangkan ini sebelumnya. Sungguh, sangat menyenangkan," imbuh Andre.

[Sumber : Majalah Sains Indonesia edisi April 2016, vol 52 Hal : 80 |  http://www.sainsindonesia.co.id/index.php/rubrik/tokoh/2224-bangga-bisa-nonton-gmt-bareng-pak-jk ]

0 comments: