Monday, April 11, 2016

Sinergi Menghadapi Bencana dan Perubahan Iklim

Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng
Koran Tempo Edisi NO. 5213. Selasa, 12 April 2016. Hal. 3


Terinspirasi dari buku berjudul The World in 2050 oleh Laurence C Smith, Andi Eka Sakya menjelaskan lima faktor yang bisa diantisipasi untuk menanggapi perubahan ilkim di Indonesia. Lima faktor tersebut ialah populasi, ketersediaan sumber daya, dampak globalisasi (aktivitas ekonomi dan kondisi alam), perubahan ilkim, dan perkembangan teknologi. "Berapa juta ton energi listrik dan air yang dibutuhkan masyarakat pada 2050, yakni saat semua berkolerasi dengan perubahan iklim ?" kata Andi.

Rencana induk dirancang BMKG dalam periode 2015-2045. Tujuannya, di masa mendatang BMKG dapat beroperasi dengan sistem berbasis IPTEK. "Keandalan infrastruktur, kualitas SDM, dan sisi compliance merupakan beberapa hal mendasar yang menjadi tantangan kami dalam meningkatkan kinerja BMKG," tutur Andi. Hal ini ia sampaikan di sela persiapannya menjelang konferensi Disaster Risk Reduction 2016 di Jenewa, Swiss, pertemuan 6 bulanan yang diadakan World Meteorological Organization (WMO).

Sesuai dengan Undang - Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Visi BMKG memang meliputi upaya-upaya mendukung keselamatan masyarakat, keberhasilan pembangunan nasional, dan aktif di tingkat international. "Karenanya, penyampaian informasi tentang bencana dan iklim mesti didukung lima pilar diseminasi, yakni pemerintah, swasta, universitas dan penelitian, LSM, serta rekan-rekan jurnalis," ucap Andi.

Beberapa waktu lalu, Wakil Presiden Swiss Doris Leuthard sempat berkunjung ke kantor BMKG. Salah satu agendanya meninjau pemanfaatan capacity building and twinning for climate observing system (CATCOS). Pada kesempatan tersebut, Leuthard sempat menyampaikan kekagumannya kepada BMKG karena memiliki sistem teknologi mutakhir dan tenaga-tenaga profesional.(TIM INFO TEMPO)





0 comments: