Jakarta, Sains Indonesia -- Untuk mengetahui pengaruh pemanasan global terhadap kondisi iklim dan cuaca Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melakukan dua ekspedisi utama. “Kegiatan ini diharapkan mampu menyibak fenomena perubahan iklim sehingga peringatan dini terhadap bencana bisa dilakukan,” kata Kepala BMKG, Andi Eka Sakya, di Jakarta, Selasa (13/10).
Dalam acara Pelepasan
Tim Ekspedisi Puncak Jaya Papua dan Pelayaran ke Kutub Selatan, Kepala
BMKG menegaskan bahwa kedua ekspedisi tersebut merupakan masukan untuk dua
program utama 2017-2019. Yaitu Year of Maritime Continent(YMC) dan Year
Polar Initiative (YPI) di Antartika. “Langkah kebijakan ini juga
menjadi bagian dari upaya BMKG dalam bidang penelitian untuk mendukung upaya
peningkatan pelayanan meteorologi, klimatologi dan geofisika, serta peningkatan
SDM Indonesia,” jelasnya.
Lebih
lanjut, Andi Eka Sakya mengatakan jika pola dan fenomena
perubahan iklim sudah ditemukan, maka antisipasi dan peringatan dini bisa
segera dilakukan, seperti potensi terjadinya banjir, kekeringan, gelombang
panas, dan naiknya permukaan laut.
Dua peneliti
BMKG, Wido Hanggoro dan Kadarsyah, akan berangkat melakukan pelayaran ke
Antartika, Rabu (14/10). “Ini merupakan pelayaran ke antartika pertama
untuk BMKG,” Wido Hanggoro menjelaskan. Mereka membawa misi penelitian untuk
mengetahui pengaruh laut terhadap kondisi iklim dan cuaca Indonesia.
Penelitian ini menggunakan simulasi model resolusi tinggi dan pengamatan udara
atas menggunakan Light Detection and Ranging (LIDAR),
lanjutnya.
Keduanya
akan berlayar menuju Stasiun Meteorologi Davis di 68°35’ LS 77°58’ BT. Disana
mereka akan bergabung dengan Tim Ekspedisi Bureau of Meteorology (BoM)
–Australian Antarctic Division (AAD). Perjalanan ini diperkirakan
berlangsung selama enam pekan. “Hasil penelitian dari kedua ekspedisi tersebut
akan menjadi sumbangan berharga secara global dan merupakan batu tapak
pemahaman hubungan telekoneksi iklim antara wilayah tropis dengan antartika,”
jelas Kepala BMKG.
Seperti
diketahui bahwa pemahaman kondisi laut sangat penting. Indonesia dipengaruhi
oleh Samudera Pasifik dan Hindia. Karenanya, didominasi oleh sirkulasi monsoon
dingin Asia dan monsoon panas Australia. “Kedua sirkulasi tersebut sangat
berpengaruh pada faktor iklim di Indonesia,” tambah Kadarsyah.
Pada saat
yang sama, Kepala BMKG juga melepas Tim Ekspedisi Jayawijaya 2015.
Sebanyak empat orang peneliti BMKG, Dyah Lukita Sari, Ferdika A. Harapak, Najib
Habibie, dan Donny Kristianto akan mengamati dan memahami dampak pemanasan
global, terutama di wilayah tropis (khatulistiwa).
Ekepedisi
Jayawijaya 2015 adalah penelitian ketiga yang diadakan BMKG sejak 2010. Pada
dua keberangkatan sebelumnya, terungkap pengaruh pemanasan global terhadap
penipisan ketebalan es abadi di puncak Papua. Kegiatan kali ini pun mengusung
misi yang sama.
“Penelitian
ini akan fokus meneliti perubahan es setiap tahunnya dan menjelaskan dampaknya
terhadap iklim di Indonesia,” terang Ferdika. Ia optimis ekspedisi
Jayawijaya akan memberikan kontribusi nyata untuk menyibak korelasi dan
keterkaitan terhadap perubahan iklim nasional.
Ketua BMKG
menegaskan, alasan pemilihan Puncak Jaya sebagai objek penelitian. Ia dipilih
karena mewakili keberadaan lapisan es yang abadi di daerah ekuator. Lapisan es
inilah yang dipelajari untuk melihat kronologis perubahan iklim yang terjadi di
daerah tersebut.
Sebagaimana
diketahui bahwa Puncak Jaya, Papua, merupakan salah satu dari tiga puncak
gunung di dearah tropis yang diselimuti lapisan es secara permanen, yaitu
puncak Gunung Kilimanjaro di Tanzania dan Puncak Pegunungan Andes, Peru,
Amerika Latin.
Seremonial
pelepasan tim ekspedisi bertempat di Gd Auditorium BMKG. Jalan Angkasa 1 No, 2
Kemayoran Jakarta. Acara ini seharusnya dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB,
namun karena alasan teknis, kegiatan ditunda hingga dua jam lamanya.
Rangkaian
eskpedisi tersebut merupakan program penelitian dan sekaligus menjadi “batu
tapak” kontribusi Indonesia terhadap pemahaman dinamika iklim secara global.
“Posisi strategis geografi Indonesia menjadi kunci pemahaman iklim dan
perubahannya,” Kepala BMKG menjelaskan.
Hasil
penelitian juga diharapkan mampu menyadarkan masyarakat bahwa perubahan iklim
bisa mengancam likungan. Melalui tim ekpedisi, BMKG berusaha menemukan solusi,
melakukan kampanye kesadaran mengenai isu lingkungan, dan memberi kesempatan
semua pihak untuk bekerja sama.
Faris
Sabilar Rusdi
sumber : http://www.sainsindonesia.co.id/index.php/kabar-terkini/1883-bmkg-lepas-tim-ekspedisi-jayawijaya-a-antartika | Created on Tuesday, 13 October 2015
0 comments:
Post a Comment