Benua
Maritim Indonesia (BMI) merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang
terletak pada posisi strategis, diapit oleh dua benua (Asia dan Australia) dan
dua samudera (Hindia dan Pasifik) serta dilalui oleh garis khatulistiwa
(ekuator). Posisi tersebut menjadikan BMI sebagai generator cuaca untuk wilayah
Belahan Bumi Utara maupun Selatan. Posisi yang unik ini membuat BMI menjadi
daerah yang mengalami berbagai variasi cuaca khas daerah tropis baik skala
regional yaitu Madden Julian Oscillation (MJO), Dipole Mode (DM), Quasi
Biennial Oscillation (QBO), Tropospheric Biennial Oscillation (TBO), Monsun Asia
dan Australia serta fenomena skala global seperti El Nino Southern Oscillation
(ENSO). Selain itu, terdapat pula Indonesia Troughflow (ITF) yang merupakan
sirkulasi arus laut yang sangat penting tidak hanya bagi Samudera Hindia dan
Pasifik, juga bagi Samudera Atlantik.
Kompleksnya
variasi cuaca yang terjadi di BMI, membuat Global Climate Model (GCM) dan
Numerical Weather Prediction (NWP) diwilayah Indonesia dianggap kurang maksimal
untuk menggambarkan variabilitas cuaca dan iklim yang ada. Oleh karena itu diperlukan
studi lebih lanjut untuk menjawab tantangan tersebut. Demi menjawab tantangan
tersebut, maka BMKG mengkoordinasikan peneliti nasional (BPPT, KKP, LAPAN,
LIPI, BIG, P3GL, Kemenristek Dikti, Kemenkomar dan Universitas) bersama dengan
peneliti asing dari 14 negara melakukan kajian di wilayah Marine Continent
meliputi darat, laut dan udara.
Acara
tersebut dibuka oleh Kepala BMKG Dr.Andi Eka Sakya pagi ini (24/11) di Ruang
Serbaguna, Kantor Pusat BMKG di Kemayoran, Jakarta Pusat. Kegiatan ini dihadiri
sejumlah ilmuwan cuaca dari berbagai negara.(YS).
sumber : http://detak.co/sikapi-persoalan-cuaca-bmkg-lakukan-workshop-bersama-14-negara/ | Oleh redaksi : Detak.Co -
24 Nov 2015 | 11:17 AM
0 comments:
Post a Comment