TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Andi Eka Sakya mengatakan, wilayah di
Indonesia mulai memasuki pancaroba. Fenomena El Nino yang sebelumnya dianggap
menjadi penyebab kemarau dan keterlambatan musim hujan, kata Andi, kekuatannya
melemah.
"Ini terjadi di seluruh dunia.
El Nino ini terus terjadi karena ini fenomena di Pasifik. Indonesia harus
bersyukur berada di wilayah khatulistiwa, suhu muka laut sudah mulai hangat.
Sekarang ini sedang masa transisi," kata Andi di Kantor BMKG, Jakarta,
Rabu 11 November 2015.
Andi mengatakan, ada beberapa ciri
udara ketika pancaroba di antaranya akan sering terjadi cuaca panas terik dari
pagi sampai tengah hari. Perubahan suhu naik bisa mencapai 5 derajat Celcius.
"Kelembapan udara yang tinggi sehingga udara terasa gerah," kata
Andi.
Andi mengatakan bahwa perubahan cuaca
sangat signifikan antara siang menjelang sore dan malam. Hal ini menyebabkan
embusan angin yang kuat dan kencang, juga hujan lebat terjadi secara tiba-tiba.
"Durasinya pendek dan lokasi hujan yang berubah sporadis," katanya.
Efek dari kondisi ini, menurut Andi,
membuat badan cepat lelah, ketahanan tubuh lebih cepat menurun, serta
menimbulkan gejala dehidrasi. Akibat berikutnya tubuh akan mudah terkena
penyakit demam flu akibat perubahan kondisi cuaca mendadak. "Makanya minum
air putih yang banyak, dan vitamin, kencur, kunyit," kata dia.
Andi menyarankan agar masyarakat
mengenali tanda terjadinya puting beliung dengan mengenali lingkungan kerja dan
tempat tinggal. "Ini untuk mengetahui ke mana harus mencari perlindungan,"
ujarnya.
Wilayah Indonesia, menurut prediksi
BMKG, akan memasuki awal musim hujan pada November dan Desember akhir. Puncak
musim hujan diprediksi pada Januari hingga Februari 2016.
Sumber : http://nasional.tempo.co/read/news/2015/11/12/206718068/musim-pancaroba-suhu-naik-bisa-mencapai-5-derajat-celcius | ARKHELAUS WISNU | KAMIS, 12
NOVEMBER 2015 | 04:34 WIB
0 comments:
Post a Comment