JAKARTA
(SK) – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus berupaya
memperbaiki tingkat prakiraan cuaca dan iklim yang diperlukan berbagai instansi
dan kalangan masyarakat.
Terkait
dengan itu, BMKG kali menyelenggarakan suatu work shop yang dinamakan
implemetation plan dari Years of the Maritime Continent.
“Kegiatan
ini adalah kegiatan penelitian bersama, yang dilakukan khusus untuk
meningkatkan pemahaman, dan juga memperbaiki tingkat prakiraan cuaca dan iklim,
terutama di Benua Maritim yakni di Indonesia,” kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya
dalam keterangan pers di sela-sela persiapan kegiatan Years of the Maritime
Continent, di Kantor BMKG, Selasa (24/11).
Andi
Eka menjelaskan, kegiatan Years of the Maritime Continent akan dilakukan tahun
2017-2018. Persiapan ini sudah dilakukan tiga kali sejak awal 2015 yakni di
Jakarta, Singapura dan kini di Jakarta kembali.
“BMKG
diminta menjadi koordinator. Sampai saat ini, aktifitas ini sudah diikuti
peserta dari sebelas negara yakni Autralia, China, Jepang, Jerman, Filipina,
Singapura, Amerika Serikat, Inggris, Taiwan, Perancis dan tentu saja
Indonesia,” katanya.
“Dari
Indonesia sendiri, BMKG bekerja sama dengan BPPT, LIPI dan LAPAN,” kata Andi.
Selain badan dan lembaga itu, BMKG juga melibatkan peneliti nasional dari KKP,
BIG, P3GL, Kemenristek Dikti, Kemenkomar, dan kalangan universitas. Bersama
peneliti dari negara-negara asing, mereka akan melakukan kajian di wilayah
Marine Continent meliputi darat, laut dan udara.
Menurut
Andi Eka, kegiatan bersama Years of The Martime Continent ini banyak manfaatnya
bagi Indonesia. Terutama bagaimana memahami bagaimana interaksi iklim dan
atmosfir di Indonesia, terutama dilihat dari segi aktifitas maritim. Ini
sejalan dengan program pemerintah mewujudkan poros maritim. Kemudian yang
kedua, adalah capacity building tentu saja dari segi sumber daya manusianya.
Dan yang ketiga, selain memperbaiki bagaimana memprediksi, BMKG juga ingin
memperbaiki mutu dari sistem peringatan dini berbasis risiko.
Yang
keempat, bersama-sama melakukan kegiatan penelitian di Indonesia sebagai bagian
dari penelitian kita. ini suatu gerakan yang bagus.
Lebih
lanjut Andi Eka menjelaskan, Benua Maritim Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia yang terletak pada posisi strategis. Diapit oleh dua benua
(Asia dan Australia) dan dua samudera (Hindia dan Pasifik). serta dilalui garis
khatulistiwa (ekuator).
Posisi
tersebut menjadikan BMI sebagai generator cuaca untuk wilayah Belahan Bumi
Utara maupun Selatan. Posisi yang unik ini membuat BMI menjadi daerah yang
mengalami berbagai variasi cuaca khas daerah tropis, baik skala regional yaitu
Madden Julian Oscillation (MJO), Dipole Mode (DM), Quasi Bieenial Oscillation
(QBO), Tropospheric Biennial Oscillation (TBO), Monsun Asia dan Australia serta
fenomena skala global seperti El Nino Southern Oscillation (Enso).
Selain
itu terdapat pula Indonesia Troughflow (ITF) yang merupakan sirkulasi arus laut
yang sangat penting, tidak hanya bagi Samudera Hindia dan Pasif, juga bagi
Samudera Atlantik.
Kompleksnya
variasi cuaca yang terjadi di BMI,membuat Global Climate Model (GCM) dan
Numerical Weather Prediction (NWP) di wilayah Indonesia dianggap kurang
maksimal untuk menggambarkan variabilitas cuaca dan iklim yang ada. Oleh karena
itu diperlukan studi lebih lanjut untuk menjawab tantangan tersebut. (dwi)
Sumber : http://www.suarakarya.id/2015/11/25/bmkg-terus-perbaiki-tingkat-prakiraan-cuaca.html | oleh RED, 25 November 2015 04:43 WIB
0 comments:
Post a Comment